Bicycle Bye Bye Cycle

Suatu pagi yang mendung saat itu, ada sedikit dilema dalam hati saya ketika bergegas pergi dari rumah antara pergi naik sepeda, bawa mobil, atau naek angkot? Naik angkot pasti bayar ongkos, tahulah anda bahwa proses membayar itu proses yang paling tidak diinginkan ketika anda mendapatkan barang atau jasa yang anda pakai, maka saya cancel pilihan itu. Naik mobil, juga malas, walaupun kabinet Pak SBY menurunkan harga BBM diakhir masa jabatannya(ehmm..) dengan dalih agar pertumbuhan ekonomi meningkat (really??), saya tetap malas, karena saat malam harga BBM diturunkan saya pergi beli rokok, dan harga Garpit di warung langganan saya menjadi naik seribu rupiah. Sehingga saya simpulkan, bahwa jika harga BBM turun maka harga rokok naik, walaupun asumsi saya dangkal, tetap saja pagi itu saya memilih apa yang saya percaya daripada mempercayai apa yang saya pilih, pilihan yang subjektif tentunya, karena walau bagaimana pun jumlah pengkonsumsi rokok lebih banyak daripada pengkonsumsi BBM (tentu saja tidak ada rokok bensin, dan tidak ada Stasiun Pengisian Tembakau) anda mengertilah maksud saya... Dan ini terbukti bahwa walaupun saya mengkonsumsi rokok dan BBM untuk mobil saya, toh tetap saja pos pengeluaran terbanyak masih ada di konsumsi rokok, tidak ada data kuantitatif yang bisa ditunjukan di sini, tapi fenomena fisis ini bisa terlihat dari perbandingan asap yang mengepul dari mulut saya karena merokok lebih banyak daripada asap yang keluar dari knalpot mobil saya karena pembakaran BBM. Maka saya putuskan untuk naik sepeda, itung-itung olahraga, dan menunjukkan kepada dunia bahwa Gilang adalah sistem fisis yang dinamis, memiliki massa dan momen inertia sedemkian rupa sehingga mudah berubah ke tingkat energi dan keadaan tertentu tanpa melanggar hukum-hukum kekekalan dan azas larangan Pauli (ngomong naon sih..)..

Setelah perdebatan sedemikian lama, pelik dan alot, sehingga sebagian fraksi menyatakan walk out lalu sidang sempat di skors, sedangkan resolusi DK PBB untuk menghentikan agresi Israel di Gaza selalu lagi-lagi diveto Amerika, saya pun bergegas menggoes sepeda saya keluar kompleks perumahan diringi sepasang earphone yang tersambung pada MP3 player yang entah kenapa tak bersuara, dan ternyata tombol On belum saya tekan (ga penting)..Jalan Antapani sampai jalan jakarta saya lewati tanpa halangan berarti, dalam sekejap saya salip 5 mobil, pasti anda bertanya berapakah kecepatan sepeda saya?Tentu saja kecepatan sepeda saya cuma sekitar 7 km/jam tapi kecepatan mobil-mobil itu 0 km/jam..Yaeealah, secara 5 mobil itu angkot yang ngetem semua, jadi saya terobos saja.. Akhirnya sampailah saya ke kampus dalam waktu 35 menit saja, rekor terbaru dari catatan saya sebelumnya yang sampai 1 jam dari rumah-ITB. Segera saya simpan sepeda di Gelap Nyawang dan ngopi di warung Pa Engkos. 30 menit berlalu sejak kopi panas pertama di pagi itu menyentuh kerongkongan saya, saat mata saya memberikan stimulus ke otak dan timbul persepsi :Ngopi loba ari tunduh mah anggeur..Saya pun mulai mengantuk karena otot kaki saya mulai lemah, serasa otak kiri (baca:lutut kiri) mau copot dan otak kanan (baca:lutut kanan) mulai pegal. Lalu sekonyong-konyong....Sudahlah saya tidak ingin melanjutkan, tiba-tiba tidak ikhlas saya menceritakan kembali kejadian yang menggemparkan seluruh jagad ini, yang pasti semua yang diberi akan diambil dan diganti...

Komentar

  1. "tiba-tiba tidak ikhlas saya menceritakan kembali kejadian yang menggemparkan seluruh jagad ini"

    hahaha.. ari kamu..
    btw, serius amat maneh mah komen di urang.

    BalasHapus
  2. wkwkwk...masa lalu...
    dan tidak ikhlas ketika akhir bulan menjelang...hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer