Moment of Inertial
Ini saya sedang di Bogor sedang di rumah, rumah bapak saya dan ibu saya, itu secara formal, karena mereka yang beli, saya cuma numpang dengan bayaran berbakti sama mereka, walau mereka tidak pernah menagih itu selama saya menumpang di sini.
Di sini saya duduk menulis,eh mengetik kalo secara de facto, di bawah kursi, tidak di atasnya, saya sedang kasian sama kursi yang seumur hidupnya selalu diduduki sama manusia, dan manusia tidak pernah mau gantian diduduki kursi, tapi kursi tidak pernah menuntut itu selama manusia masih duduk di atasnya. Tapi malam ini saya sedang berempati sama kursi, saya persilahkan dia bebas tidak diduduki saya semalam saja, kasih dia libur biar apa? biar dia bisa liburan seperti saya.
Suatu hari saya pergi ke Selot, itu nama jalan di samping SMAN 1 Bogor, itu nama sekolah saya dulu ketika tanpa paksaan saya disekolahkan ke situ sebagai upaya dari bakti saya kepada orang tua dan membantu pemerintah dalam mewujudkan program belajar 9 tahun, harusnya saya dikasih penghargaan seperti piagam yang bertuliskan
tapi saya tidak menuntut pemerintah memberikan itu, biar pemerintah sadar sendiri, kan sudah besar, sudah bisa sendiri, sudah bisa mandiri.
Nah, siang itu saya pergi ke selot sama si Suradin, ini nama baru si Adin, Adin Suradin, dia teman saya juga waktu SMA dulu, pernah jadi pacar saya juga. Kami berdua naek motor automatic ke sana berhubung si Suradin sudah bisa naek motor dia mau pamer sama supir angkot, supir ojek, tukang becak, dan pengguna jalan se Bogor raya dan sekitarnya kalo dia udah bisa naek motor, walau pun matic, dan dengan berbekal doa kepada Allah agar dosa-dosa saya di masa lalu diampuni dan ditambah doa ketika dalam perjalanan, walaupun belum sempat minta maaf sama orang tua jika ada perilaku atau kata-kata yang membuat sakit hati maka saya rela dibonceng dia.
Dan kami pun sampai, saya akui si Suradin sudah handal mengendarai motor matic, walaupun banyak melakukan manuver-manuver berbahaya di jalan, tapi itu masih ada dalam batasan wajar menurut buku Automatic Motor for dummies versi pdf terbitan John Wiley & Sons cabang Republik Maladewa. Di situ sudah ada si Jui, ini teman SMA saya juga, pernah sekelas sama saya waktu kelas 2, kelas 2-8, ingat saya ga Jui? inget, lang..begitu katanya..Alhamdullilah saya tidak ingat kamu, untung kamu ingat saya.
Dan saya pun masuk ke warung yang ada di Selot, dari dulu saya suka nongkrong di warung si Udin, ini pedagang minuman, kenapa saya sering di situ? Itu disebabkan si Udin selalu sedia air panas, dan saya bisa pesen kopi panas. Tapi hari itu saya pesan kopi dingin, saya tidak mau panas, karena sedang tidak mau, ini tidak ada hubungannya dengan cuaca, jangan protes, nanti saya somasi anda dengan tuduhan protes pada orang yang tidak mau diprotes, itu termasuk dalam pasal pemaksaan jika kamu protes pada orang yang tidak mau diprotes, ini sudah tertuang dalam kitab hukum Alqohol, ayat dua botol, bunyinya: "Al mabuk minal Assoy" jika melanggar hukumannya akan di bonga-bonga sampai mati.
Lalu kami pun pesan makan dan minum, makan-makan dan dilanjutkan dengan minum-minum, setelah itu kami keluar dari warung sambil membawa minuman yang masih banyak dan bergabung dengan Jui dkk untuk meneruskan kegiatan minum-minum di luar sambil mengobrol dan merokok. Dan kami pun mengobrol, tentang kabar masing-masing itu yang pertama, sudah dari dulu jika bertemu orang menanyakan kabar, itu tertuang dalam buku Ngobrol for Dummies versi djvu edisi terbitan Republik Demokratik Kongo.
Si Jui sudah lulus sekolah Agribisnis di IPB, masih sering nge band, bermain musik, sekarang masih aktif di Marching Band Bogor, suka latihan di balai kota sambil menyiksa drum dengan cara dipukul-pukul hingga menimbulkan bunyi, bunyi yang menurut kuping manusia bagus. Si Suradin sudah lulus kuliah sekarang mau S2 katanya. Saya tanya juga kabar teman-teman yang lain, mereka sudah menjadi ini menjadi itu, sudah punya ini sudah punya itu, sudah kesini sudah kesitu. Dan ketika menanyakan tentang saya, seperti biasa saya jawab yang intinya saya ini tidak menjadi ini tidak menjadi itu, belum punya ini belum punya itu, belum kesini belum kesitu.
Masih sama seperti dulu Jui, masih sama seperti hari terakhir kita berseragam putih abu. Masih sama ketika kamu dan saya dipanggil ke depan untuk ngerjain soal Fisika dari Bu Heny, masih sama ketika kita di panggil ''bodo !" (tapi dibalik) sama guru bahasa Inggris, itu saya lupa namanya, masih sama ketika kita disuruh lari keliling lapangan ketika terlambat sama Pak Fahmi, masih sama ketika kita dikejar Pak Soleh waktu cabut pelajaran, masih sama ketika kamu masuk kelas IPS dan entah kenapa saya masuk IPA.
Jui, Suradin, dan teman2nya Jui yang saya ingat wajahnya tapi lupa namanya. Suatu hari kalian berubah, dan saya hanya menonton kalian berubah, kalian adalah sistem yang dinamis, tidak seperti saya yang masih statik. Mungkin kalo secara Fisika saya ini benda masif yang memiliki massa yang besar namun terkonsentrasi pada suatu titik, sehingga terlihat kecil, sehingga dibutuhkan Gaya dan Torsi yang besar untuk merubah saya menjadi sesuatu yang berbeda. Kalian adalah molekul-molekul energetik yang saling bergerak dan menumbuk sehingga tidak saja kalian berubah, kalian pun membuat lingkungan berubah, membuat kalian juga berkontribusi pada lingkungan di mana kalian berada, sedangkan saya adalah Benda angkasa yang diam, malas dan memiliki inersial tinggi, hanya menunggu proses fusi dan fisi di dasarnya selesai lalu mencapai titik kritis dan kolaps, meledak, hancur lebur dan debunya bergentayangan di angkasa. Membuat benda-benda di sekitar saya pun ikut hancur karena kehilangan pusat orbit.
Ini saya yang belum berubah, masih seperti dulu, masih sama ketika kita lulus dan menuliskan pesan & kesan kita di buku angkatan. Itu foto saya di buku angkatan, di kelas IPA 5, di bawah foto kita menuliskan kesan2 kita saat bersekolah. Saya masih sama seperti waktu saya menuliskan kesan2 saya di bawah foto. Ini quote yang saya tulis di buku angkatan, dan masih terasa hingga sekarang:
Di sini saya duduk menulis,eh mengetik kalo secara de facto, di bawah kursi, tidak di atasnya, saya sedang kasian sama kursi yang seumur hidupnya selalu diduduki sama manusia, dan manusia tidak pernah mau gantian diduduki kursi, tapi kursi tidak pernah menuntut itu selama manusia masih duduk di atasnya. Tapi malam ini saya sedang berempati sama kursi, saya persilahkan dia bebas tidak diduduki saya semalam saja, kasih dia libur biar apa? biar dia bisa liburan seperti saya.
Suatu hari saya pergi ke Selot, itu nama jalan di samping SMAN 1 Bogor, itu nama sekolah saya dulu ketika tanpa paksaan saya disekolahkan ke situ sebagai upaya dari bakti saya kepada orang tua dan membantu pemerintah dalam mewujudkan program belajar 9 tahun, harusnya saya dikasih penghargaan seperti piagam yang bertuliskan
"TELAH IKUT MEMBANTU MENSUKSESKAN PROGRAM BELAJAR 9 TAHUN"
tapi saya tidak menuntut pemerintah memberikan itu, biar pemerintah sadar sendiri, kan sudah besar, sudah bisa sendiri, sudah bisa mandiri.
Nah, siang itu saya pergi ke selot sama si Suradin, ini nama baru si Adin, Adin Suradin, dia teman saya juga waktu SMA dulu, pernah jadi pacar saya juga. Kami berdua naek motor automatic ke sana berhubung si Suradin sudah bisa naek motor dia mau pamer sama supir angkot, supir ojek, tukang becak, dan pengguna jalan se Bogor raya dan sekitarnya kalo dia udah bisa naek motor, walau pun matic, dan dengan berbekal doa kepada Allah agar dosa-dosa saya di masa lalu diampuni dan ditambah doa ketika dalam perjalanan, walaupun belum sempat minta maaf sama orang tua jika ada perilaku atau kata-kata yang membuat sakit hati maka saya rela dibonceng dia.
Dan kami pun sampai, saya akui si Suradin sudah handal mengendarai motor matic, walaupun banyak melakukan manuver-manuver berbahaya di jalan, tapi itu masih ada dalam batasan wajar menurut buku Automatic Motor for dummies versi pdf terbitan John Wiley & Sons cabang Republik Maladewa. Di situ sudah ada si Jui, ini teman SMA saya juga, pernah sekelas sama saya waktu kelas 2, kelas 2-8, ingat saya ga Jui? inget, lang..begitu katanya..Alhamdullilah saya tidak ingat kamu, untung kamu ingat saya.
Dan saya pun masuk ke warung yang ada di Selot, dari dulu saya suka nongkrong di warung si Udin, ini pedagang minuman, kenapa saya sering di situ? Itu disebabkan si Udin selalu sedia air panas, dan saya bisa pesen kopi panas. Tapi hari itu saya pesan kopi dingin, saya tidak mau panas, karena sedang tidak mau, ini tidak ada hubungannya dengan cuaca, jangan protes, nanti saya somasi anda dengan tuduhan protes pada orang yang tidak mau diprotes, itu termasuk dalam pasal pemaksaan jika kamu protes pada orang yang tidak mau diprotes, ini sudah tertuang dalam kitab hukum Alqohol, ayat dua botol, bunyinya: "Al mabuk minal Assoy" jika melanggar hukumannya akan di bonga-bonga sampai mati.
Lalu kami pun pesan makan dan minum, makan-makan dan dilanjutkan dengan minum-minum, setelah itu kami keluar dari warung sambil membawa minuman yang masih banyak dan bergabung dengan Jui dkk untuk meneruskan kegiatan minum-minum di luar sambil mengobrol dan merokok. Dan kami pun mengobrol, tentang kabar masing-masing itu yang pertama, sudah dari dulu jika bertemu orang menanyakan kabar, itu tertuang dalam buku Ngobrol for Dummies versi djvu edisi terbitan Republik Demokratik Kongo.
Si Jui sudah lulus sekolah Agribisnis di IPB, masih sering nge band, bermain musik, sekarang masih aktif di Marching Band Bogor, suka latihan di balai kota sambil menyiksa drum dengan cara dipukul-pukul hingga menimbulkan bunyi, bunyi yang menurut kuping manusia bagus. Si Suradin sudah lulus kuliah sekarang mau S2 katanya. Saya tanya juga kabar teman-teman yang lain, mereka sudah menjadi ini menjadi itu, sudah punya ini sudah punya itu, sudah kesini sudah kesitu. Dan ketika menanyakan tentang saya, seperti biasa saya jawab yang intinya saya ini tidak menjadi ini tidak menjadi itu, belum punya ini belum punya itu, belum kesini belum kesitu.
Masih sama seperti dulu Jui, masih sama seperti hari terakhir kita berseragam putih abu. Masih sama ketika kamu dan saya dipanggil ke depan untuk ngerjain soal Fisika dari Bu Heny, masih sama ketika kita di panggil ''bodo !" (tapi dibalik) sama guru bahasa Inggris, itu saya lupa namanya, masih sama ketika kita disuruh lari keliling lapangan ketika terlambat sama Pak Fahmi, masih sama ketika kita dikejar Pak Soleh waktu cabut pelajaran, masih sama ketika kamu masuk kelas IPS dan entah kenapa saya masuk IPA.
Jui, Suradin, dan teman2nya Jui yang saya ingat wajahnya tapi lupa namanya. Suatu hari kalian berubah, dan saya hanya menonton kalian berubah, kalian adalah sistem yang dinamis, tidak seperti saya yang masih statik. Mungkin kalo secara Fisika saya ini benda masif yang memiliki massa yang besar namun terkonsentrasi pada suatu titik, sehingga terlihat kecil, sehingga dibutuhkan Gaya dan Torsi yang besar untuk merubah saya menjadi sesuatu yang berbeda. Kalian adalah molekul-molekul energetik yang saling bergerak dan menumbuk sehingga tidak saja kalian berubah, kalian pun membuat lingkungan berubah, membuat kalian juga berkontribusi pada lingkungan di mana kalian berada, sedangkan saya adalah Benda angkasa yang diam, malas dan memiliki inersial tinggi, hanya menunggu proses fusi dan fisi di dasarnya selesai lalu mencapai titik kritis dan kolaps, meledak, hancur lebur dan debunya bergentayangan di angkasa. Membuat benda-benda di sekitar saya pun ikut hancur karena kehilangan pusat orbit.
Ini saya yang belum berubah, masih seperti dulu, masih sama ketika kita lulus dan menuliskan pesan & kesan kita di buku angkatan. Itu foto saya di buku angkatan, di kelas IPA 5, di bawah foto kita menuliskan kesan2 kita saat bersekolah. Saya masih sama seperti waktu saya menuliskan kesan2 saya di bawah foto. Ini quote yang saya tulis di buku angkatan, dan masih terasa hingga sekarang:
"... I Still Haven't Found, What I'm Looking For.."
like this jugaaaaaaaa :)
BalasHapus