Ashes to Ashes

Tiga setengah tahun yang lalu saya masuk kuliah, ITB nama kampus saya, Institut Teknologi Bandung kepanjangannya, ada juga yang bilang Institut Terbaik Bangsa, tak jarang juga ada yang bilang Icalan Teh Botol (Jualan Teh Botol), tapi kesan saya waktu pertama kuliah adalah ITB: Institut Tai Burung, karena banyak sekali kotoran burung koak , begitu kata orang-orang menyebut jenis burung yang suka buang hajat di sekitar jalan Ganesha, karena suara burungnya ‘’koak-koak’’.. Maka percayalah jika ada suara itu di atas kepala anda, segera menghindar..so, in koak we believe.. Waktu oskm jika saya tak salah lihat ada spanduk bertuliskan “Selamat Datang Putra Putri Terbaik Bangsa”, tapi beberapa kawan memelesetkan menjadi “Selamat Datang Putra Putri Terbaik Bimbel” atau “Selamat Datang Putra Putri Termahal Bangsa” . Jadi saya berpendapat untuk jadi yang terbaik bangsa itu harus terbaik di bimbel dan ikut bimbel itu mahal, terserah lah itu kata saya, entah salah entah benar saya Cuma berpendapat mengeluarkan isi kepala saya yang Cuma sedikit, walau Cuma sedikit itu isi kepala asli punya saya dan kepala orang lain juga punya kepala yang bebas dikeluarkan isinya sama seperti kepala saya, jadi jangan marah kalo isi kepala orang tidak sesuai dengan isi kepala anda, karena belum tentu anda benar dan orang lain salah, karena isi kepala semua orang berbeda dengan kepala anda, sudah begitu dari dulu, kalo semua sama, semua orang Indonesia ingin jadi presiden . Lagipula buat saya tak penting itu terbaik bangsa, terbaik bimbel, atau termahal bangsa, saya Cuma bersyukur sama Allah dan terima kasih sama ibu bapak karena sudah diberi kesempatan untuk kuliah, coba lihat itu berapa ratus ribu anak muda Indonesia yang tidak bisa kuliah bukan karena masalah malas untuk kuliah, tapi memang tidak ada kesempatan (atau memang tidak sempat..), tapi itu kata saya waktu sudah tiga setengah kuliah di ITB, lain lagi waktu saya masih tingkat pertama, itu saya waktu masih euphoria, masih senang, masih bangga lulus SMA.

Kuliah saya di jurusan Fisika. Fisika itu kawan, susah pada bentuknya, namun indah pada substansinya, seperti ulat buruk lupa lah itu ilmu Fisika rupanya, tapi cantik pada waktunya dan juga elegan pada bentuknya, ulat juga cantik kalo udah jadi kupu-kupu elegan dan aerodinamis. Sama seperti ilmu Fisika, persamaan matematisnya itu banyak sekali, rumit, dan memuakkan, buladig jiga cacing cau (jelek seperti cacing pisang). Namun, percayalah kawan jika kamu mengerti itu semua berarti, maka akan takjub dan merasa terkejut akan keindahan alam ini yang teratur dan diatur oleh hukum-hukum Fisika. Mengutip kata kawan saja Ijul di Koran Tribun Jabar (Zulkaida Akbar Fisika ITB 03, Mantan Presiden KM ITB), “Siapa yang menghargai yang mati pasti menghormati yang hidup”.. Fisika itu kawan, ilmu yang mempelajari sifat fisis benda-benda mati, dan yang paham betul Fisika seharusnya menghargai makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan dan manusia. Jadi Fisikawan itu adalah seseorang yang punya sisi humanis, plantis, dan animalis. Yaitu punya sisi kemanusia-manusiaan, ketumbuh-tumbuhan, dan kebinatang-binatangan. Itu kata saya, mungkin lain kata kamu, kalo semua sama, saya dan kamu ingin jadi warga Amerika, dan semua warga Amerika ingin jadi Barrack Obama.

Kembali ke masalah burung koak itu, waktu itu ada orang yang kena kotoran burung koak kepalanya, dia mengumpat “Anjing, aing dimodolan ku burung koak” (Anjing, saya diberaki burung koak). Saya ikut merasakan perasaan si orang itu, tentang bagaimana marahnya dia waktu itu burung koak ee di atas kepalanya, betapa dia harus buang duit untuk beli shampoo untuk cuci rambut dari ee koak, dan rencananya hari itu ikut berantakan gara gara harus cuci rambut, padahal siapa tau dia sedang buru-buru meeting, ada ujian, atau keluarganya ada yang diculik dan dia pergi mengantar tebusan jika terlambat keluarganya itu disembelih sama penculik, yah siapa tau, tapi yang pasti orang itu kesal. Cukup tentang orang itu. Kita saksikan si burung koak yang sudah membuang hajat dan sialnya jatuh di kepala orang, Orang itu memaki burung koak dengan kata-kata “Anjing…” Saya juga ikut memikirkan perasaan si burung koak, sudah tahu itu burung koak, kok dipanggil anjing, dengan begitu orang itu sudah merendahkan dua makhluk yaitu anjing dan burung koak, Si Anjing mungkin tersinggung jika tau bahwa ada yang menyamakannya dengan burung koak, sebaliknya burung koak juga tidak suka eksistensinya disamakan dengan anjing, saya bisa terbang, anjing tidak. Mungkin begitu kata si koak, tapi anjing pun memberikan pembelaan :Saya anjing,dari dulu adalah binatang yang dekat dengan manusia, suka membantu berburu babi hutan dan menjaga rumah juga tidak pernah buang hajat di kepala orang, tidak seperti koak yang tidak hanya buang hajat di kepala manusia, di kepala hewan yang tidak bisa terbang lain juga pernah, mentang mentang bisa terbang buang hajat seenaknya. Lalu si pepohonan ikut bicara: Sudah kalian diam! Kalian itu sama saja, ga punya aturan. Si koak kalo buang hajat suka menempel di daun saya, menyebabkan saya sulit berfotosintesis, dan si anjing suka kencing di batang saya, menyebabkan bagian bawah saya bau, dan manusia suka menebang pohon seenaknya. Dan ketiga jenis makhluk hidup ini pun saling beradu pendapat karena sama-sama merasa benar. Manusia menyalahkan burung koak karena merasa tidak sudi diberaki burung, karena merasa manusia makhluk mulia, maka makhluk yang lain tidak, menyebabkan dia suka menyamakan binatang yang satu dengan yang lain, bahkan kadang-kadang menyebabkan dia menyamakan sesama manusia dengan binatang, Anjing merasa paling dekat dengan manusia juga tidak mau disalahkan, hanya gara gara makhluk paling dekat bukan berarti anjing bisa menjilat dan berlindung dibalik manusia menyebabkan anjing juga merasa benar. Si Burung koak dengan kelebihannya adalah bisa terbang tidak boleh melakukan sesuatu seenaknya dan pegi begitu saja, karena bisa terbang maka sulit dikejar jika melakukan kesalahan, kelebihan itu digunakan untuk berbuat bakti bukan berbuat dzolim. Pepohonan yang hanya diam setiap saat akhirnya Cuma bisa marah, marah karena merasa jadi korban akan kelakuan binatang dan manusia menyalahkan semuanya tanpa memberi solusi konkrit, menuntut ini dan itu tapi Cuma diam berdiri dan terpaku pada Bumi.

Saya kira perselisihan ini tidak harus terjadi, ini mesti berhenti agar hidup tetap tentram dan damai, saya rasa hal seperti ini tidak akan terjadi kalau semua makhluk hidup sadar akan posisi dan potensi masing masing, sadar akan keadaan lahir dan batin yang sudah ada dan memberikan konstribusi konkrit pada nusa dan bangsa, pada tanah air Indonesia. Seperti apakah hal konkrit itu? Itu terserah mereka, Cuma mereka yang tahu kemampuan mereka sendiri, orang lain Cuma sedikit tau nya. Itu menurut saya, mungkin lain lagi dengan pendapat orang, saya juga tidak merasa paling benar saya juga banyak kurang, karena saya juga suka memaki orang dengan kata kata binatang, saya suka memaki burung koak, tapi saya tidak suka menebang pohon, saya suka pohon, pohon rimbun dan besar menyebabkan teduh dan tenang, saya tidak suka pohon ditebang mengakibatkan kota Bandung panas dan sesak, mengakibatkan saya haus dan habis uang untuk beli es teh manis, menyebabkan bensin cepat habis karena menyalakan AC. Ini semua pendapat saya, mengkin berbeda dengan pendapat kalian, jangan dipermasalahkan karena setiap pendapat juga berbeda, lain orang lain pendapat, mungkin lain juga pendapatannya, kita semua berbeda tapi sama, sama-sama ingin hidup tentram.

Komentar

Postingan Populer