Consistency

Ini tentang saya sedang gundah gulana karena jampi jampi globalisasi. Ini cerita saya sedang gusar. Gusar kepada zaman, gusar kepada dunia dan isinya. Ini saya sedang lelah, lelah karena main futsal tadi malam. Di saat semua kegundahan, kegusaran, dan kelelahan ini saya ingin menulis tentang orang hebat

Kami biasa panggil dia Babeh, nama aslinya Bapak Engkos, seorang pedagang di Jalan Gelap Nyawang, itu di depan kampus saya, tepat di belakang mesjid Salman. Bapak Engkos sudah tua dan punya anak tiga. Beliau adalah orang hebat karena konsistensinya. Konsistensinya dalam berdagang. Berdagang Mie rebus, kopi, bubur kacang, roti bakar, dan sejenisnya. Menyebabkan saya juga ikut konsisten, konsisten nongkrong di warungnya dari saya awal kuliah sampai hari ini. Babeh berdagang sejak lama, entah semenjak kapan, yang pasti alumni tahun 96 dan 97 sudah kenal beliau.

Kami panggil dia Babeh, nama aslinya Bapak Engkos, seorang pedagang asal Cimalaka, Sumedang. Tahukah anda Babeh punya tiga anak yang semuanya kuliah, dan dibiayai dari warungnya? Yang belum tahu ini saya beri tahu. Ini semua karena konsistensi beliau dalam berdagang, walau hanya warung kopi tapi anaknya sukses. Ada satu anak lelakinya, sudah sukses, punya istri cantik, punya anak lucu, dan gaji besar dari kerja di pertambangan. Anaknya itu lulusan Geologi. Suatu hari Babeh cerita pada saya kalau dia diajak tinggal sama anaknya yang sudah sukses itu, dibelikan rumah, lengkap sama isinya buat Babeh dan istrinya. Tapi babeh menolak, dengan alasan yang entah kenapa membuat saya kagum. Ini kira-kira kata Babeh "Lamun Babeh pindah, engke Babeh dagang di mana?" (terjemahan: Kalau Babeh pindah, babeh jualan di mana?). Gusti Nu Agung, saya kaget mendengar jawaban itu. Betapa beliau mencintai pekerjaannya, betapa beliau tidak rela meninggalkan warung kopi legendarisnya itu, walaupun bisa hidup enak ga usah kerja lagi, ga usah susah cari duit lagi, tapi beliau menolak demi berkibarnya Spanduk: Warung Pak Engkos di Jalan Gelap Nyawang.

Kami panggil dia Babeh, nama aslinya Bapak Engkos. Tahukah kalian jika malam tidur di mana beliau? Dia tidur di warungnya, di bilik kios, hanya ada sajadah, sarung, bantal, dan beberapa baju. Sudah seperti itu semenjak beliau dagang, untuk tidak bermanja manja di atas kasur yang empuk, untuk menjaga kehidupan yang apa adanya agar kaki tetap berpijak pada Bumi. Tahukah kalian apa lagi yang membuat saya kagum pada Beliau. Jika adzan berkumandang beliau langsung lari ke masjid Salman, dan warungnya? warungnya ditinggalkan begitu saja, kadang-kadang ada si Akip, asisten Babeh yang jaga warung. Tapi kalau ga ada juga tetep aja dia ngacir ke mesjid dan warung dibiarkan tidak terjaga walau sedang ada pelanggan. Beliau tidak merasa takut jika warungnya kemalingan atau ada pembeli kabur tidak bayar. Karena Babeh dagang disebabkan beliau suka dagang, bukan karena ingin untung atau takut rugi.

Kami panggil dia Babeh, nama aslinya Bapak Engkos. Tahukah kalian apa yang Babeh harapkan suatu saat nanti?. Ini harapannya:

"Mudah-mudahan barudak nu sok kadieu teh geura lulus, geura gawe, geura beunghar, geura sukses, geura gancang kawin. Engke lamun geus jarauh, datang deui ka Babeh, reunian di dieu, Babeh reseup ningalina"

Terjemahan:
Mudah-mudahan anak-anak yang suka ke sini (mahasiswa yang suka nongkrong di warungnya) cepat lulus, cepat kerja, cepat kaya, cepat sukses, cepat kawin. Nanti jika sudah jauh-jauhan (berpisah maksudnya) datang lagi ke warung Babeh, reunian di sini, Babeh suka melihatnya.

Begitulah Pak Engkos, tidak banyak yang bisa saya ceritakan. Mudah-mudahan ya Babeh, mudah-mudahan harapan itu di dengar Tuhan dan di kabulkan, Amin


Komentar

  1. Hidup Babeh! semoga doa-doanya terkabul, menyebabkan tidak sia-sia kamu sering menghabiskan waktu di sana dan saling mengenal untuk memupuk doa yang baik untuk kamu.

    BalasHapus
  2. @ adin:doanya didengar adin, didengar. Allah maha mendengar.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer