Warisan Masa Lalu

Awalnya biasa saja...Kita berburu gajah purba, babi, dan rusa, kadang kita melaut berburu paus dan mencari kerang, sambil tidak lupa menanam sayuran dan anggur. Kita makan buruan kita, lalu sisakan sedikit untuk dewa, jika ada wabah atau bencana, berarti dewa ingin yang lebih, oleh karena itu sisakan lebih banyak untuk dewa, bila perlu korbankan satu dua penduduk kita untuk nya. Adakan pesta untuknya, kita makan, mabuk, dan pesta satu desa, anggap saja itu ritual, syukuran rasa syukur kita pada dewa..Oh, inilah dunia kita, isinya makan, pesta, dan menyembah dewa..

Lalu jumlah kita semakin banyak, dan kita masih suka berburu untuk makan. Lihat ini terlalu banyak orang yang ikutan berburu sekarang, menyebabkan binatang buruan kita takut dan sulit dikejar karena ngeri melihat jumlah kita semakin banyak. Maka dari itu, kita sebagian dari pemburu sepakat untuk tidak usah berburu lagi, menyebabkan kita menganggur. Mungkin inilah pengangguran pertama di dunia. Ah tapi tak apa, lihat itu kebun-kebun kita kekeringan karena kemarau, ada baiknya kita pengangguran ini mengurusnya, kita buat agar tanaman tidak kekeringan, kita pindahkan air dari hulu sungai ke kebun dengan pohon-pohon yang dilubangi dasar dan pucuknya. Tidak lupa kita atur air yang akan mengalir dengan cara menahannya, kita sebut saja penahan ini bendungan.. Oh lihat kebun kita kembali segar, tanaman, buah-buahan, dan sayuran tumbuh subur, membuat desa sebelah bertanya-tanya kenapa kebun kita tumbuh dan subur di saat musim kering ini. Selintingan sering terdengar "Kamu jadi iri ga sih? ngeliat desa sebelah kebunnya segar".. Karena itu kita sebut cara kita mengairi kebun ini dengan istilah irigasi.

Awalnya biasa saja...Kita berburu, ditambah bertani, karena sekarang kita bisa menanam apa saja disebabkan kebun-kebun kita yang selalu segar sepanjang musim. Lalu tanpa disadari jumlah kita semakin banyak, desa ini semakin ramai dan padat karena banyaknya manusia yang lahir dan datang ke sini. Para pendatang itu tidak datang untuk pergi, tapi datang untuk menetap, menyebabkan harus ada gubuk-gubuk baru tempat mereka tinggal. Oleh karena itu kita sepakat untuk memperluas daerah hunian, kita babat hutan, kita tebangi pohon-pohonnya untuk dijadikan bahan membuat gubuk, dan "terereng-tereng!" gubuk-gubuk baru siap untuk dihuni.

Tapi lihat itu sekarang ada segerombolan tikus yang datang ke kebun, menggerogoti tanaman dan buah-buahan. Dari mana tikus-tikus itu? tentu saja dari hutan, karena hutan tempat mereka tinggal dan mencari makan sudah kita babat habis, sekarang mereka tinggal dan makan di kebun kita. Lalu beberapa orang dari penduduk desa berinisiatif untuk mengusirnya, mereka mulai berburu tikus di hutan, sebagian ada yang dimakan dan sebagian dibakar. Cara ini efektif dalam hal penanggulangan tikus di kebun, cara ini tergolong brilian pada masanya. Oleh orang-orang desa cara ini disebut politik, poli artinya banyak dan tik untuk tikus. Kelak anak cucu kami menggunakan istilah ini tidak hanya untuk menguasai tikus di kebun tapi untuk menguasai desa, negara, dan sesama. Dan orang yang mempraktekan politik disebut politikus, mungkin untuk menghargai tikus yang mereka buru di masa lalu, dan taktik buru, bukar, bunuh, atau 3B pada tikus, di masa depan sudah tidak ada, atau masih mungkin tetap ada namun dilakukan dengan cara yang halus. Membuat istilah politik berubah menjadi poli untuk banyak dan tik untuk taktik.

Komentar

Postingan Populer